![]() |
| Muhammad Sadam, Menko Pergerakan BEM Universitas Teknologi Sumbawa (UTS). |
Sumbawaupdate.Com—Blok Elang Dodo bukan sekadar proyek tambang, ia adalah simbol kepemilikan rakyat Sumbawa atas sumber daya alamnya sendiri. Karena Sumbawa memiliki hak atas tanahnya di blok tersebut, maka sudah seharusnya rakyat Samawa berdiri sebagai tuan di tanah sendiri, bukan sekadar menjadi buruh di ladang kekayaan mereka, Selasa (4/11/2025).
Muhammad Sadam sebagai aktivis mahasiswa mengungkapkan keresahannya terhadap kondisi Sumbawa yang kian memprihatinkan.
“Sumbawa wajib mendapatkan manfaat nyata dari tanahnya, bukan hanya angka di atas kertas atau pertemuan seremonial yang hampa,” ungkap Sadam.
Ia menambahkan bahwa kebermanfaatan tambang seharusnya langsung dirasakan oleh masyarakat kecil.
“Kebermanfaatan harus langsung menyentuh rakyat kecil seperti: petani yang bergantung pada air yang kini tercemar, peternak yang kehilangan padang, nelayan yang melaut di perairan yang rusak, serta pelaku UMKM yang menanti kesempatan hidup lebih layak,” tegas Sadam.
Namun di tengah persoalan ini, Muhammad Sadam juga menekankan adanya persatuan dari semua elemen pergerakan. Mahasiswa, LSM, serta rakyat, harus berani bersikap untuk menolak keberadaan tambang yang tidak memberikan manfaat bagi masyarakat.
Sadam menilai gerakan-gerakan yang dibangun terhadap tambang adalah penting, tapi penolakan tanpa keberpihakan pada kesejahteraan rakyat hanyalah omong kosong.
“Maka penting adanya persatuan untuk menjaga Marwah perjuangan,” pungkasnya.
Sadam juga menyoroti pihak yang hanya lantang di permukaan namun abai terhadap penderitaan masyarakat.
“Jangan hanya lantang menolak tambang di depan kamera, tapi diam ketika rakyat kesulitan air bersih dan kehilangan mata pencaharian.
Jangan hanya sibuk menolak perusahaan, tapi lupa memperjuangkan hak ekonomi masyarakat yang paling terdampak,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa perjuangan rakyat Sumbawa harus berpijak pada nilai kemanusiaan.
“ Elemen pergerakan harus berdiri di sisi rakyat, bukan di bawah bayang-bayang kepentingan kelompok tertentu. Gerakan penolakan tambang tidak boleh hanya jadi panggung popularitas, tapi harus menjadi perjuangan yang berpijak pada nilai kemanusiaan dan keberlanjutan hidup rakyat Sumbawa,” katanya.
Sadam menyampaikan sikap tegasnya terhadap aktivitas tambang di Sumbawa.
“Dan jika tidak ada jaminan dari pemerintah maupun perusahaan bahwa kekayaan tambang akan mengangkat derajat masyarakat, maka jawaban kita hanya satu: TIDAK BOLEH ADA AKTIVITAS TAMBANG DI KABUPATEN SUMBAWA!”
“Bumi Samawa bukan tempat untuk diperebutkan kepentingan, tapi tanah perjuangan yang harus dijaga bersama. Kami, mahasiswa, akan terus menjadi suara yang tidak bisa dibungkam. Karena bagi kami, perjuangan ini bukan sekadar tentang tambang, tapi tentang harga diri dan masa depan rakyat Sumbawa,” tutup Sadam. (AN)
Sumber : Muhammad Sadam
Editor: Aldiansyah
